Sabtu, 11 Juni 2011

Buku Jendela Dunia, Membaca adalah Kuncinya

Membaca tidak mengenal usia dan waktu. Tidak ada istilah berhenti untuk menggali ilmu. Walau ajal menjemput, tak kenal kata menyerah untuk belajar. Salah satunya adalah membaca, dengan membaca maka pengetahuan bertambah. Sudah pasti, orang yang rajin membaca adalah orang pintar.

Buku menjadi solusi memecahkan suatu kebodohan dan membaca adalah kuncinya. Jadi tepat bila buku adalah jendela dunia membaca adalah kuncinya. Kata-kata bijak itu sudah turun temurun kita dengar. Memang benar, dengan membaca kita bisa memperoleh pengetahuan dalam bidang apapun.
Buku merupakan informasi segala kebutuhan yang diperlukan, dimulai dari Iptek, seni budaya, ekonomi, politik, sosial dan pertahanan keamanan dan lain-lain. Upaya membaca buku membuka wawasan dunia intelek sehingga dapat mengubah masa depan serta mencerdaskan akal, pikiran dan iman.
Tanpa membaca buku, tanpa ada buku, dunia akan bodoh, dan buta huruf semakin banyak. Buku dapat dibaca bila ada kemauan menjadi pintar, buku yang baik dapat dicetak apabila artikelnya memuat wawasan yang dapat diterima akal sehat pembaca sebagai penerima informasi.
Buku juga merupakan sumber harta yang tak ternilai harganya. Uang bisa habis, harta, kekuasaan bisa lenyap, tapi pengetahuan tidak bisa hilang. Jadi jelas, harga pengetahuan yang bersumber dari buku sangat bernilai tinggi apabila kita manfaatkan dengan serius.
Maka, teruslah menjalin persahabatan yang erat dengan buku. Rasakan kehadiran buku sebagai jendela untuk kita melihat masa depan di hadapan. Jadikan keberadaan sebagai jembatan untuk kita berusaha menjadi makhluk Tuhan yang mencintai ilmu.



Minat baca

Gemar membaca dan menulis masih belum berkembang dengan sepenuhnya pada anggota-anggota masyarakat khususnya bagi komunitas pelajar. Kecenderungan mendapatkan informasi yang lebih instan dan juga melalui percakapan tampaknya masih lebih kuat daripada melalui bacaan.
Kecenderungan ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa minat baca dan kebiasaan membaca di kalangan siswa dan mahasiswa relatif masih lemah. Anjuran yang sering terdengar dari pemerintah dan berbagai kalangan pemimpin masyarakat untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca hanyalah sebagai wacana dan tidak dilakukan secara efektif.
Akibat perkembangan zaman dalam hal teknologi saat ini berpengaruh juga pada minat membaca generasi muda. Sekarang ini kalangan remaja atau masyarakat lebih tertarik menonton TV, mendengarkan musik, bermain game dan chating di internet daripada membaca buku atau koran.
Ini terbukti dari data Human Development Report 2008/2009 yang dikeluarkan UNDP menyatakan minat membaca Indonesia berada di peringkat 96 dari negara seluruh dunia. Indonesia sejajar dengan Bharain, Malta dan Suriname. Di Asia Tenggara, hanya ada dua negara di bawah Indonesia, yaitu Kamboja dan Laos. (Tribunnews.com, Senin 10-05-10).
Ada beberapa teori yang mempengaruhi minat baca. Pertama, sistim pembelajaran di Indonesia belum membuat para pelajar harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi/pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, filsafat, sastra.
Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku, surfing di internet walaupun yang terakhir ini masih dapat dimasukkan sebagai sarana membaca. Ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, karaoke, mall dan lain-lain.
Keempat, budaya baca memang belum diwariskan nenek moyang kita, kita terbiasa mendengar dongeng , kisah, adat istiadat secara verbal yang dikemukakan orang tua, tokoh masyarakat dan penguasa pada zaman dahulu. Kelima, orang tua disibukan dengan segala aktivitas dalam mencari nafkah untuk keluarga. Keenam, sarana dalam memperoleh bahan bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan masih langka.

Manfaat membaca

Kalau dipikir-pikir sangat luar biasa manfaat membaca dan itu harus ada kemauan kita untuk melakukannya.Seorang yang cerdas mampu membaca buku dengan menghadirkan konteks dan lingkungan yang mengelilinginya. Terhadap sebuah tulisan pembaca perlu hadir, menyerap, menyimpulkan, mengulang, dan juga memperjelas.
Terkadang ada beberapa keinginan seseorang untuk membaca seperti ingin memahami isi buku, tugas di sekolah ataupun di kampus, hiburan, panduan dan sebagainya. Ada yang membaca sambil berimajinasi, mengambil intisari, atau yang menarik saja, dan itu memang sudah karakter seseorang.
Menurut Bobbi DePoter dan Mike Hernacki dalam Quantum Learning membagi empat macam ragam kecepatan membaca, yakni regular, melihat dengan cepat (skimming), melihat sekilas (scanning), dan kecepatan tinggi (warp speed).
Ada beberapa manfaat membaca, pertama, mengusir keraguan, kecemasan, dan kesedihan. Kedua, menebalkan keimanan, karena sesungguhnya bacaan pelajaran yang paling besar, peringatan yang paling agung, pencegahan kemungkaran yang paling efesien, dan perintah yang paling bijak.
Ketiga, melemaskan lidah dan menghiasi diri dengan kefasihan berbicara. Keempat, mengembangkan wawasan berfikir dan memperbaiki persepsi. Kelima, mengambil manfaat dari pengalaman orang lain. Keenam, menelaah berbagai kebudayaan yang menumbuhkan kesadaran akan perannya dalam kehidupan. Ketujuh, menjaga kalbu dari kekacauan, dan memelihara waktu dari ke sia-siaan.


Dengan membaca buku, selain pengetahuan akan semakin bertambah, pribadi akan semakin kaya, yang kesemuannya jelas akan menurunkan efek negatif anak, yakni kenakalan.Sedangkan anak yang tidak terbina minat bacanya sejak dini akan menghadapi peluang yang semakin kecil untuk mengembangkan pengetahuan setinggi-tingginya.
Jadi jelas, bahwa segala sesuatu yang diciptakan Tuhan di dunia ini pasti ada manfaatnya bagi umat manusia. Akan tetapi kita kebanyakan tidak tahu mengaplikasikannya ke jalan positif akibat beberapa faktor yang ada, yang pasti ada kemauan maka ada jalan.

Sumber :http://waspadamedan.com

Sabtu, 21 Mei 2011


BUKU, JENDELA ILMU TIADA BATAS                                    

Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Buku adalah jendela dunia.

Pepatah-pepatah itu tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pepatah yang menurut saya, tak pernah usang oleh waktu. Dan ini saya yakini dengan sepenuh hati. Tentu saja, karena buku harus menjadi sahabat dalam hidup kita. Buku juga harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Dengan buku kita bisa melihat sisi lain dari dunia kita ini yang ternyata sangat bermacam-macam bentuknya. Membuat kita bisa mengetahui apa yang sebelumnya tidak kita ketahui.

Beberapa sifat buku yang menurut saya patut menjadi alasan untuk kita mencintainya adalah pertama, karena buku selalu up to date. Walaupun buku telah berumur puluhan bahkan ratusan tahun, tapi buku selalu menyimpan informasi yang akurat sebagai media untuk mengetahui data peradaban yang ada saat itu. Kedua, karena buku selalu kaya dengan imajnasi. Membayangkan apa yang tertulis di buku membuat kita seperti membangun imajinasi versi pikiran kita sendiri. Mengajak diri kita untuk berkreasi dengan menenggelamkan diri dalam alur atau setting yang terdapat dalam buku. Itu menjadikan kita belajar untuk mengerti dunia lain yang sebelumnya tak pernah terpikir oleh kita. Dan ketiga, dengan membaca buku dapat membuat kita tergerak untuk menulis. Mendeskripsikan sesuatu hal menurut kacamata kita sendiri. Menulis membuat kita bebas menciptakan dunia yang ingin kita bangun. Kita bisa mengungkapkan apa yang kita rasakan. Dan menulis adalah sarana yang paling efektif dalam mengungkapkan perasaan. Juga bisa menawarkan pemikiran baru pada orang lain.

Buya Hamka, seorang penulis dan ulama besar Indonesia pernah berkata kepada muridnya :
“Cobalah tulis dari hatimu dahulu. Tangkap ide yang berkelebat agar tak segera lenyap. Alirkan apa saja emosi dan pikiran yang ada di benak dan hatimu. Biarkan ia mengalir sebebas-bebasnya hingga mencapai keutuhan dan garis besar tulisan. Setelah itu barulah kumpulkan serta siapkan data-data pendukung dalam tulisanmu agar ia lebih berbobot dan argumentatif.”

Membaca adalah salah satu modal kita untuk semakin bisa mencintai ilmu.

Imam Ali berkata : “Tubuh kita ini selalu melewati enam keadaan : sehat, sakit, mati, hidup tidur, dan bangun. Hidupnya hati adalah berkat bertambahnya ilmu, dan matinya adalah akibat ketiadaan ilmu. Sehatnya hati adalah berkata keyakinan, sakitnya adalah keraguan. Tidurnya hati adalah kelalaian, dan bangunnya hati berasal dari dzikir yang dilakukan.”

Membaca tidak mengenal usia dan waktu. Tidak ada istilah berhanti untuk menggali ilmu. Seandainyapun kita diberitahukan bahwa besok akan mati, maka kita harus tetap terus belajar.

Kunci agar kita selalu mau belajar adalah jangan pernah menganggap diri kita selalu pintar. Anggaplah diri kita selalu kurang. Sehingga, kita akan selalu haus akan ilmu pengetahuan. Ingatlah, bahwa setiap hari ilmu di dunia akan selalu bertambah dan berubah mengikuti perkembangan jaman.
“Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (QS. Al-Alaq : 6-7)

Dengan banyak belajar, maka kita bisa membedakan mana yang baik untuk kita ikuti dan mana yang tidak semestinya kita jalani.
Dan bukankah Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat? Maka tak ada alasan lagi bagi kita sebagai umat muslim untuk terus menerus berusaha mencari ilmu yang bermanfaat dengan sebanyak-banyaknya. 

“Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Karena itu, keungggulan bukanlah suatu perbuatan melainkan sebuah kebiasaan. (Aristoteles)


Dari Mua’adz bin Jabal r.a, ia berkata : “Pelajarilah ilmu, karena mempelajarinya adalah kebaikan, mencarinya adalah ibadah, mengingatnya adalah tasbih, mendalaminya adalah jihad, mengerjakannya kepada orang yang belum mengerti adalah sedekah, mengingatkannya kepada orang yang sudah mengerti adalah taqqarub. Ilmu adalah teman di waktu sepi, kawan dalam pengasingan, penunjuk jalan kesenangan, penolong dalam kesulitan, hiasan di tengah-tengah kawan, dan senjata dalam menghadapi musuh. Ilmu dapat menghidupkan hati dari kebodohan, pelita dari kegelapan, kekuatan dari segala kelemahan, sarana untuk mencapai derajat orang-orang yang baik sewaktu hidup di dunia maupun di akhirat. Ilmu merupakan pemimpin dan amal adalah pengikutnya.”
 
Maka, teruslah menjalin persahabatan yang erat dengan buku. Rasakan kehadiran mereka sebagai jendela untuk kita melihat masa depan di hadapan. Jadikan keberadaan mereka sebagai jembatan untuk kita berusaha menjadi makhluk Allah yang mencintai ilmu.